SEJARAH
Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia berdiri bersamaan dengan berdirinya
Fakultas Sastra Universitas Andalas pada tahun 1982. Ketika itu, selain
Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra memiliki 3 jurusan
lainnya, yaitu Sastra Inggris, Sejarah, dan Sosiologi—yang di dalamnya
terdapat 2 Program Studi, yaitu Program Studi Antropologi dan Program
Studi Sosiologi.
Secara resmi, program studi ini berdiri pada 8
Desember 1983, berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0538/O/1983. Akan tetapi, penerimaan mahasiswa telah dilakukan pada
tahun akademik 1982/1983, setelah keluarnya SK Presiden RI No.39 Tahun
1982 tentang Fakultas Sastra Universitas Andalas.
Dekan pertama
Fakultas Sastra dirangkap langsung oleh Rektor Universitas Andalas, Drs.
Mawardi Yunus. Sementara, Ketua Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
dijabat oleh Drs. Amir Hakim Usman dan sekretaris prodi dijabat oleh
Drs. Syafruddin Sulaiman. Setahun kemudian, Drs. Amir Hakim Usman
ditetapkan sebagai dekan pertama Fakultas Sastra. Ketua Prodi Bahasa dan
Sastra Indonesia dijabat oleh Sarwono Kertodipuro, M.A. dan sekretaris
prodi tetap dijabat oleh Drs. Syafruddin Sulaiman. Hingga tahun 2013,
ketua prodi dijabat, berturut-turut, oleh Drs. Syafruddin Sulaiman,
Prof. Dr. Nadra, Drs. M. Yusuf, Dra. Armini Arbain, Dr. Zuriati,
M.Hum. (almh.), dan Dr. Gusdi Sastra, M.Hum.
Awalnya Prodi Bahasa
dan Sastra Indonesia belum mempunyai dosen tetap. Perkuliahan diasuh
oleh dosen-dosen dari beberapa instansi, terutama dari Institut Keguruan
Ilmu Pendidikan Padang. Sebagian dosen yang lain berasal dari Dinas
Pendidikan dan Persatuan Pengajar Bahasa Belanda. Pada awal nya, dosen
luar biasa prodi juga berasal dari luar negeri. Dosen-dosen yang
berasal dari luar negeri tersebut menghasilkan pula sejumlah kerja sama.
Dalam bidang linguistik, misalnya, Prof. Berndt Nothofer pernah
mengajar beberapa lama. Kemudian, kunjungan Prof. Nothofer itu
menghasilkan kerja sama, sehingga beberapa dosen muda Prodi Bahasa dan
Sastra Indonesia dikirim belajar ke Frankfurt University selama 6 (enam)
bulan. Dalam bidang sastra, Prof. Umar Junus dari University Malaya
mengambil cuti sabatikalnya di fakultas ini pada tahun 1984. Dr. E. U.
Kratz dari School of Oriental and African Studies (SOAS) juga datang dan
memberi kuliah selama tiga bulan pada 1989-1990. Kunjungan Dr. Kratz
juga menghasilkan kerja sama, sehingga beberapa dosen muda Fakultas
Sastra, termasuk dari Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, dikirim ke SOAS
dalam rangka Program Internship pada tahun 1990, 1991, dan 1992.
Begitu
pula, Dr. Henk Maier dari Universitas Leiden, Belanda, datang
berkunjung ke Padang untuk melihat suasana belajar-mengajar di sini.
Kunjungan itu dilakukan dalam rangka mencari tempat baru untuk
mengalihkan pembelajaran Bahasa Indonesia mahasiswa Prodi Sastra
Melayu/Indonesia Universitas Leiden ke luar Jawa. Setelah pertemuan
dengan Drs. Amir Hakim Usman, Prof. Maier memutuskan bahwa mahasiswanya
akan belajar Bahasa Indonesia di Universitas Andalas. Sejak tahun 1988,
setiap Juli dan Agustus, mahasiswa Leiden belajar Bahasa Indonesia di
fakultas ini. Berdasarkan itu pula, prodi memiliki BIPA (Bahasa
Indonesia untuk Penutur Asing). Kini, BIPA melayani banyak mahasiswa
dari sejumlah negara, seperti Jepang, Korea, Belanda, dan mahasiswa
berbagai negara yang tergabung dalam Program Beasiswa Darmasiswa dari
Pemerintah Indonesia.
Saat ini (2014), Prodi Bahasa dan Sastra
Indonesia memiliki 29 orang dosen tetap; 1 orang profesor, 5 orang
doktor, 21 orang magister, 7 orang sedang S3, dan 2 orang sedang S2.
Universitas tempat mereka melanjutkan studi pun bervariasi, baik di
dalam negeri maupun di luar negeri.
Ketika mulanya, mahasiswa
prodi tidak banyak, hanya beberapa orang. Namun, jumlah yang kecil itu
selalu bertambah dari tahun ke tahun. Hingga tahun 2013, mahasiswa prodi
telah berjumlah sekitar 259 orang. Sementara itu, wisuda mahasiswa
prodi yang pertama terjadi tahun 1986. Lulusan pertama prodi ini kembali
ke almamaternya sebagai dosen. Hingga tahun 2013, sejumlah lebih dari
400 sarjana telah dihasilkan oleh prodi. Sebagian besar, lulusan prodi
telah bekerja di berbagai instansi, baik pemerintah maupun nonpemerintah
(swasta). Sebagian kecil, mereka juga bergerak di bidang kewirausahaan
dan menjadi entrepreneur (pengusaha).
Mahasiswa Prodi Bahasa dan
Sastra Indonesia datang dari berbagai daerah di Indonesia, dari Aceh
hingga Kalimantan. Mereka juga berasal dari beberapa agama yang berbeda.
Sepanjang sejarahnya, mahasiswa prodi aktif mengikuti berbagai
kegiatan, seperti kegiatan kesenian, forum akademik, lomba mengarang,
dan Tilawatil Quran. Dalam hal menulis, mahasiswa prodi ini ’merajai’
tulisan fiksi dan kritik di berbagai surat kabar, baik lokal maupun
nasional. Beberapa orang juga telah menerbitkan buku, terutama di bidang
puisi dan cerpen.
Untuk melengkapkan pengetahuan mahasiswa,
Prodi mengambil kebijakan untuk menawarkan mata kuliah pilihan
Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) dalam bentuk kluster. Kluster ini
merupakan gugusan mata kuliah yang mempunyai sisi praktis, dengan paket
8-10 sks. Dengan cara demikian, seorang alumnus Prodi Bahasa dan Sastra
Indonesia mempunyai keterampilan lain, selain pengetahuan dalam bidang
ilmunya. Pada tingkat yang lebih tinggi, mata kuliah kluster menjadi
kebijakan fakultas. Sekarang, tersedia Kluster Jurnalistik di Prodi
Bahasa dan Sastra Indonesia Indonesia, kluster Manajemen Kesenian di
Prodi Sastra Daerah, dan kluster Penerjemahan di Prodi Sastra Inggris.
Demikian
pula dengan dosen, dosen Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia hadir dalam
forum-forum seminar dan diskusi. Beberapa di antaranya menulis artikel
dan berhasil terbit pada beberapa jurnal di dalam dan di luar negeri,
terakreditasi ataupun belum terakreditasi. Setiap tahun, dosen dari
Prodi ini selalu memenangi kompetisi dana (hibah) penelitian. Prof. Dr.
Nadra, misalnya, memenangi kompetisi dana penlitian URGE. Begitu juga,
Drs. M. Yusuf, M. Hum. memperoleh dana dari kerja sama dengan CDAT,
Tokyo University of Foreign Studies, untuk digitalisasi naskah-naskah
kuno (manuskrip). Proyek serupa dari The British Library juga dimenangi
oleh Dr. Zuriati, M. Hum.. Berbagai macam dana untuk membiayai proyek
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang diluncurkan pemerintah
juga diperoleh oleh dosen-dosen prodi Bahasa dan Sastra Indonesia.
Artinya, dinamika intelektual sangat hidup di Prodi ini. Lima tahun
kebelakangan ini, sejumlah buku yang ditulis oleh para dosen juga sudah
terbit.
Tahun 2006, Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
diakreditasi dan memperoleh nilai A. Dengan dukungan akreditasi Prodi
Bahasa dan Sastra Indonesia ini, Program Pascasarjana Linguistik dapat
dibuka. Tahun 2011, prodi diakreditasi kembali, tetapi memperoleh nilai
B. Meskipun B, nilai tersebut dapat dijadikan sebagai indikator bahwa
prodi Bahasa dan Sastra Indonesia telah berhasil dalam mencapai
tujuannya. Hal itu bukan berarti, bahwa prodi puas dengan nilai
tersebut. Lebih kurang 2 (dua) tahun lagi, tepatnya tahun 2016, prodi
kembali akan diakreditasi. Tentu saja, usaha keras akan dilakukan prodi
untuk mencapai nilai A kembali. Semoga.
LAB
- LAB BAHASA
PROGRAM STUDI
Visi
Menjadi
program studi terkemuka dan bermartabat dalam bidang kebahasaan dan
kesusastraan Indonesia dan diakui di tingkat nasional dan internasional
tahun 2024
Misi
- Menyelenggarakan pendidikan (akademik) yang berkualitas dan berkesinambungan untuk menghasilkan lulusan yang mampu bersaing secara global dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia
- Melaksanakan penelitian yang dapat digunakan untuk pengembangan ilmu bahasa dan sastra Indonesia
- Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia secara berkelanjutan
- Mengembangkan dan membina jaringan kerja sama dengan berbagai lembaga di tingkat daerah, nasional, dan internasional
Tujuan
- Menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan akademik yang unggul dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia
- Menghasilkan inovasi penelitian atau temuan yang berkualitas dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia
- Menghasilkan kegiatan-kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat atau stakeholders
- Menjalin kemitraan dalam bidang kebahasaan dan kesusasteraan Indonesia dengan berbagai lembaga dan masyarakat